1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan merupakan bagian dari prasarana transportasi darat yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan suatu daerah serta dapat membuka
hubungan sosial, ekonomi dan budaya antar daerah. Kapasitas dari suatu jaringan
jalan di daerah perkotaan dapat dipengaruhi oleh perilaku lalu lintas dari
suatu fasilitas pada kondisi lalu lintas, geometric jalan dan juga keadaan
lingkungan tertentu.
Seiring dengan perkembangan kota Medan, maka arus transportasi di Jalan
Tritura (Bajak) juga semakin padat. Kemacetan lalu lintas (congestion) di jalan Tritura terjadi karena ruas jalan tersebut
sudah mulai tidak mampu menerima/ melewatkan luapan arus kendaraan yang datang
secara lancar. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh hambatan/ gangguan samping
(side friction) yang tinggi, sehingga
mengakibatkan penyempitan ruas jalan (bottleneck),
seperti: parkir di badan jalan (on road
parking), pangkalan becak dan angkot, kegiatan sosial yang menggunakan
badan jalan (pesta atau kematian) dan pedestrian (berjalan di badan jalan dan
menyeberang jalan). Selain itu, kemacetan juga sering terjadi akibat manajemen
persimpangan (dengan atau tanpa lampu) yang kurang tepat, ditambah lagi
tingginya aksesibilitas penggunaan lahan (and
use) di sekitar sisi jalan tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk memeriksa atau
menganalisa kembali system traffic light pada
persimpangan jalan tritura yang meliputi : kapasitas persimpangan, derajat
kejenuhan, tundaan, panjang antrian dan waktu siklus yang tepat pada
pertumbuhan lalu lintas dengan
menggunakan metode Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI
1997) dan Metode Webster.
2. Untuk memberikan usulan/
saran yang dapat dipertimbangkan untuk perubahan waktu siklus yang ada pada
persimpangan tersebut pada masa yang akan datang.
2. METODOLOGI
Dalam melakukan
suatu Tugas akhir dibutuhkan metodologi yang akan digunakan agar kegiatan yang
dilaksanakan tetap berada pada koridor yang telah direncanakan. Secara umum
penelitian ini dilakukan melalui tahapan kerja seperti terlihat dalam bagan
alir di bawah ini :
Penentuan Lokasi
Berikut ini dilampirkan peta
lokasi Simpang yang diamati :
Gambar 2. Peta
Lokasi Survei Jalan Tritura
(Bajak I) (Sumber : www.googleearth.com)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fase 4
a.
Total arus lalu lintas pada lengan utara (Jl. Marendal)
LV =
221 Kend/ Jam
HV = 15 Kend/ Jam
MC =
337 Kend/ Jam + Total =
573 Kend/ Jam
Sehingga jumlah kendaraan
seluruhnya = 573 kend/ jam
Selanjutnya perlu diketahui
jumlah kendaraan dalam satuan smp/ jam dengan mengekivalenkan mobil penumpang
yaitu :
LV =
221 x 1,0 = 221 smp/ jam
HV = 15 x 1,3 = 19,5 smp/ jam MC = 337 x
0,4 = 134,8 smp/ jam + Total =
375 smp/ jam
Sehingga total jumlah kendaraan = 375 smp/ jam
b.
Rasio kendaraan berbelok
PLTOR = ொ்ைோ (௦/)
்௧ (௦/)
= ଵହ = 0,040
ଷହ
PRT = ொோ் (௦/)
்௧
(௦/)
c.
Kendaraan tidak bermotor (UM)
= ଶଽ ଷହ
= 0,072
Rasio UM = ଷ ହଷ
= 0,055
d.
Lebar efektif (We)
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, yang
digunakan dalam perhitungan kapaitas (yaitu dengan pertimbangan terhadap Wa, Wmasuk, dan Wkeluar dan
gerakan lalu lintas membelok).
Berdasarkan
survei langsung dilapangan didapat We = 3 meter.
e.
Arus Jenuh (S)
Besarnya keberangkatan antrian
didalam suatu pendekat selama kondisi yang ditentukan (smp/ jam hijau). Nilai
disesuaikan smp/jam hijau
S = So x FCS
x FSF x FFG x FP x FRTxFLT
= 1800 x 1,00 x 0,93 x 1,00 x 1,00 =
1674 smp/ jam
Dimana
:
Faktor – faktor penyesuaian
FCS = Faktor
penyesuaian ukuran kota, berdasarkan jumlah penduduk kota medan± 3 juta jiwa, Fcs = 1,00
FSF = Faktor penyesuaian hambatan samping, berdasarkan
kelas hambatan samping dari lingkungan jalan tersebut, maka dinyatakan
lingkungan jalan adalah termasuk kawasan pendidikan, perumahan, perdagangan dan
jasa jalan yang ditinjau merupakan jalan arah tipe fase adalah terlawanFSF =
0,93
FG = Faktor penyesuaian terhadap kelandaian (G), berdasarkan naik (+) atau turun (-) permukaan jalan, FG
= 1,00
FP =
Faktor penyesuaian parkir (P), berdasarkan jarak henti kendaraan parkir, Fp = 1,00
f.
Rasio arus (FR)
Rasio Arus terhadap arus jenuh
(Q/S) dari suatu pendekat. Q1 = 296 smp/ jam
S = 1674 smp/ jam Menghitung rahasio Arus :
FR =ொ
ௌ
= ଶଽ ଵସ
= 0,20
g.
Rasio Arus Simpang (IFR)
Jumlah dari rasio kritis
(tertinggi) untuk semua fase sinyal yang berurutan dalam suatu siklus. IFR = Σ
(Q/S)crit)
= Σ FRcrit = 0,879
h.
Rasio Fase (PR)
Rasio untuk kritis dibagi dengan rasio
arus simpang. PR
= ிோ௧
ூிோ
= ,ଶ
,଼ଽ
= 0,227 det
i.
Waktu Siklus (c)
Waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal (sebagai
contoh, diantara dua saat permulaan hijau yang berurutan di dalam pendekat yang
sama).
Gi
= (Cua – LTI) x PRi Cua
= Waktu siklus sebelum penyesuaian Cua = (ଵ,ହ ௫ ்ூାହ)
(ଵିூிோ)
LTI
= Waktu hilang total persiklus (det)
= Σ (merah semua + kuning)
= 4 det + 6 det
= 10 det
Waktu
hilang total = LT1 Fase 1 +LT1 fase 2
= 3 detik + 1 detik = 4 detik
Cua = (ଵ,ହ ௫ ்ூାହ)
(ଵିூிோ)
Cua = (ଵ,ହ ௫ାହ)
(ଵି,଼ଽ)
= 165,289 det
g1 = (Cua – LTI) x PR1
= (165,289 – 10) x 0,227 = 31,160
detik 31 detik c = Σg + LTI
= g1 + g2 + LTI
= 31 det + 40 det + 10 det = 81
det
j.
Kapasitas(C) dan Derajat Kejenuhan (DS)
Kapasitas
(C) arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan.
Kapasitas (C) = Nilai dasar x waktu hijau/waktu siklus
= S x g/c ; g = 31. c = 81
= 1674 x 31/81
= 641 smp/jam
Derajat
kejenuhan (DS) rasio dari arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu
pendekat (Q x c/S x g). Derajat kejenuhan (DS) =
296/ 641
= 0,461
k.
Atrian
Jumlah rata
– rata antrian (smp) pada awal sinyal hijau yaitu NQ dihitung sebagai jumlah
kendaraan (smp) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah
kendaraan (smp) yang akan dating selama fase merah (NQ2).
NQ = NQ1 +NQ2
Dimana :
NQ1= 0,25 ݔ ܥ ݔ ቂ(ܵܦ − 1) + ඥ(ܵܦ − 1)ଶ + ଼ ௫ (ௌି,ହ)ቃ
= 1,728 smp
= 0,25 ݔ
641 ݔ (0,461 − 1) + ඥ(0,461 − 1)ଶ +
8 ݔ
(0,461 − 0,5)
൨
641
NQ2=
c x ((1 – GR) / (1-GR x DS) x Q/3600
NQ2=
641 x ((1- 0,19)/ (1-0,19 x 0,936) x 296/ 3600
=
5,630 smp
Total= NQ1 + NQ2 = 1,728 + 5,630 = 7,358 smp
NQmaks = 21 (dari buku MKJI 1997)
l.
Panjang Antrian (QL)
QL = ேொ௧௧ ௫ ଶ
ௐ௦௨
=,ଷହ଼ ௫ ଶ = 49,053 m
= 49 m
ଷ
Untuk
NQmaks = 21 maka QL :
QL = ேொ௧௧ ௫ ଶ
ௐ௦௨
= ଶଵ ௫
ଶ = 140 m
ଷ
m. Rasio Kendaraan berhenti (
NS )
NS = 0,9 x ேொ x 3600
ொ ௫
= 0,9 x ,ଷହ଼
ଶଽ
௫ ଼ଵ
x 3600 = 0,995
n.
Jumlah Kendaraan berhenti (smp) Nsv = Q x NS
= 296 x 0,995
= 294,520 smp/ jam
o.
Tundaan (Delay)
Tundaan lalu lintas rata – rata (detik/ smp) DT = ܿ ݔ ,ହ.(ଵିீோ)మ ݔ ଷ ேொభ
Dimana :
ଵିீோ ௫ ௌ
A = ,ହ.(ଵିீோ)మ
ଵିீோ ௫ ௌ
= ,ହ ௫ (ଵି,ଵଽ)మ = 0,534
ଵି ,ଵଽ ௫ ,ଽଷ
DT = ܿ ݔ ܣ ݔ ଷ
ேொభ
= 81 ݔ 0,534 ݔ ଷ ௫ ଵ,ଶ଼
ସଵ
= 41,977 det/smp
p.
Tundaan Geometrik (DG)
DG = (1 – Psv) x PRT x 6 + (Psv x 4)
= (1 –0,995) x 0,755 x 6 + (0,995
x 4)
= 4,002 det/smp
q.
Tundaan Rata – Rata (D) D =
DT + DG
= 41,977 det/smp + 4,002 det/smp
= 45,979
det/smp = 46 det/smp Tundaan rata – rata = D x Q
= 46 det/smp x 296det/smp
= 13616 det/smp
Contoh
perhitungan Sistem Analisa Traffic Light dengan Metode Webster
1.
Arus Jenuh
Pada saat
awal hijau, kendaraan membutuhkan beberapa waktu untuk memulai pergerakan dan
kemudian sesaat setelah bergerak sudah mulai terjadi antrian pada kecepatan
relative normal.Waktu hijau tiap fase adalah waktu untuk melewatkan arus jenuh
menerus. Besarnya arus jenuh dipengaruhi beberapa hal yaitu :
a.
Pengaruh lebar pendekat
Arus jenuh pada pendekat yang
tanpa kendaraan yang berbelok dan tanpa kendaraan yang parkir. Hubungan lebar
jalan dan arus jenuh sebagai berikut :
Tabel 1. Arus jenuh untuk lebar pendekat
W (ft)
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
W (m)
|
3,05
|
3,35
|
3,65
|
4,00
|
4,25
|
4,60
|
4,90
|
5,20
|
S (smp/jam)
|
1675
|
1700
|
1725
|
1775
|
1875
|
2025
|
2250
|
2450
|
|
1850
|
1875
|
1900
|
1950
|
2075
|
2250
|
2475
|
2700
|
Untuk lebar pendekat 5,20 s/d 18,30 m atau sekitar dan lebih besar
dari 17 feet Bila w dalam feet : S
= 145 w smp/jam
Bila w dalam meter
: S = 525 w smp/jam
Pengaruh
Lebar Pendekat
S = 525 x W
= 525 x 3 m = 1575 smp/ jam
b.
Pengaruh Gradient
Gradient rata
– rata pada pendekat diukur 200 m dari garis henti/ stop. Pendekat yang
menanjak setiap 1 % arus jenuh akan berkurang sebesar 3 % dan setiap pendekat
yang menurun 1 % maka arus jenuh akan bertambah 3 %.
c.
Pengaruh Komposisi Kendaraan
Pengaruh
dari tipe kendaraan
yang berbeda, maka arus jenuh dihitung
berdasarkan nilai SMP sebagai berikut
: 1 Kendaraan berat atau sedang = 1,75 smp
1 Bus =
2,25 smp
1 Tram =
2,50 smp
1 Mobil Penumpang = 1,00 smp
1 Sepeda Motor =
0,33 smp
1 Sepeda =
0,20 smp
d.
Pengaruh kendaraan Belok Kanan
Tergantung dari apakah ada
konflik kendaraan dari fase yang sama atau kendaraan yang belok kanan
disediakan lajur tersendiri. Ada tiga kemungkinan, yaitu :
-
Tanpa arus berlawanan dan tanpa disediakan lajur khusus, maka arus jenuh
diasumsikan sama dengan lalu lintas tanpa kendaraan yang berbelok.
-
Dengan arus yang berlawanan dan tanpa disediakan lajur khusus belok
kanan. Dalam situasi ini, kendaraan yang belok kanan akan tertunda dengan
sendirinya dan sebagai akibatnya akan menunda arus kendaraan jalan terus pada
lajur yang sama. Arus jenuh dapat disesuaikan dengan mengasumsikan bahwa rata –
rata kendaraan yang belok kanan diekivalenkan menjadi 1,75 kendaraan yang berlawanan.
-
Pengaruh Kendaraan Belok Kiri
Perngaruh
kendaraan belok kiri pada arus jenuh tergantung pada ketajaman tikungan pada
arus pejalan kaki. Pengaruh belok kiri
dinyatakan sebagai berikut :
Arus belok kiri > 10 %, maka 1
kendaraan belok kiri = 1,25 kendaraan lurus
-
Pengaruh Pejalan Kaki
Pengaruh
pejalan kaki belum ditentukan secara tepat dan kemungkinan tergantung pada
banyak kondisi khusus dari lapangan.Dianjurkan bahwa untuk arus pejalan kaki
rata – rata tidak diperlukan koreksi, tetapi untuk arus pejalan kaki yang
sangat tinggi pengaruhnya harus diperhitungkan pada waktu mengklasisikan
lokasi.
-
Pengaruh Kendaraan Parkir
Dapat ditemukan bahwa pengurangan arus
jenuh yang diakibatkan oleh kendaraan parkir
dekat pada garis henti pada pendekat tertentu adalah sama dengan
kehilangan lebar lajur pada garis henti dan dapat dinyatakan mendekati sebagai berikut :
Pengurangan lebar lajur efektif = 1,6
–(0,9 (z – 7,5))/ k meter
=
1,6 – (0,9 (7,0 – 7,5))/ 27 = 0
Dimana :
Z (≥7,5 m) adalah jarak
bebas dari kendaraan parkir yang terdekat dari garis henti (m)
k adalah waktu hijau (detik)
jika didapatkan nilai negative harus diambil nilai nol.
-
Pengaruh Karakter Site
Faktor lain yang mempengaruhi arus jenuh adalah
pejalan kaki, jarak pandang,
lingkungan simpang dll yang semuanya dikelompokkan dalam karakter site. Dalam penilaian karakter site, dibagi dalam penilaian sebagai berikut :
Baik, maka koreksi arus jenuh
120% Sedang, maka koreksi arus jenuh 100% Kurang, maka koreksi arus jenuh 80%
2.
Waktu hijau efektif
Merupakan lamanya waktu hijau
tampilan sinyal dikurangi dengan kehilangan awal dan ditambahkan waktu hijau
tambahan akhir. Waktu hijau efektif tiap fase dalam satu siklus adalah :
GU : GS : GT : GB = 0,164 : 0,205 : 0,220 : 0,215
GU = ௬௧௦ (ܥ − ܮ)
ఀ௬
= ,ଵସ (120 − 8)
,଼ସ
= 19,174 detik GS = ௬௧௦ (ܥ − ܮ)
ఀ௬
= ,ଶହ (120 − 8)
,଼ସ
= 28,557 detik GT = ௬௧௦ (ܥ − ܮ)
ఀ௬
= ,ଶଶ (120 − 8)
,଼ସ
= 30,646 detik GB = ௬௧௦ (ܥ − ܮ)
ఀ௬
= ,ଶଵହ (120 − 8)
,଼ସ
= 29,950 detik
Dimana :
g = Waktu hijau masing – masing fase (detik)
c = Waktu siklus (detik)
L = Total waktu hilang
y = Derajat kejenuhan tiap fase
Y = Jumlah y pada semua ruas
Waktu hijau
efektif harus dikonversikan kedalam
waktu hijau sebenarnya/ actual yaitu:
K = g + I – a
= 27 + 2 – 3 = 26
Dimana : k
= Waktu hijau sebenarnya (detik)
I = Lost time (detik) A = Amber
(detik)
Waktu hijau actual : GU = Ghit +
l – a
= 19,174 + 2 – 3
= 18,174
detik GS = Ghit + l – a
= 28,557 + 2 – 3
= 27,557
detik GT = Ghit + l – a
= 30,646 + 2 – 3
= 29,646 detik
GB = Ghit + l – a
= 29,950 + 2 – 3
= 28,950 detik
3.
Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk serangkaian fase dimana
semua pergerakan dilakukan atau selang waktu dari awal hijau sampai kembali
hijau.Satu siklus dapat terdiri dari 2 fase atau lebih. Waktu siklus perlu
dioptimumkan karena waktu siklus yang terlalu panjang akan mengakibatkan
tundaan yang besar. Dikenal beberapa macam waktu siklus yaitu :
- Waktu siklus minimum (cm), merupakan waktu siklus teoritis cukup untuk melewatkan arus di semua kaki simpang
CmU = L/ (1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,164) = 14,354
CmS = L/ (1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,205) = 15,094
CmT = L/ (1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,220) = 15,384
CmB = L/ (1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,215) = 15,286
Dimana : Y = Σ y
y = rasio maksimum arus yang ada terhadap arus jenuh = q/s
Tabel 2. Menghitung Y kritis
|
Kaki Simpang
|
|||
Utara
|
Selatan
|
Barat
|
Timur
|
|
q
|
296
|
370
|
1058
|
1035
|
s
|
1800
|
1800
|
4800
|
4800
|
y = q/s
|
0,164
|
0,205
|
0,220
|
0,215
|
ykritis
|
0,164
|
0,205
|
0,220
|
0,215
|
Ey
|
0,804
|
- Waktu siklus optimum
(Co), yaitu waktu siklus yang memberikan tundaan bagi kendaraan yang
menggunakan simpang
Waktu hilang Total = L = Σ (I –
a ) + Σ l
= 4 x (3 – 3)
+ 4 x 2 =8 detik Keterangan : Integreen = 4 detik
Lost Time = 2 detik Amber =
3 detik
Waktu siklus optimum :
Co = (ଵ,ହାହ) detik
(ଵି)
= (ଵ,ହ ௫ ଼ ା ହ) = 86,734 detik
(ଵି,଼ସ)
Menurut Webster : bahwa panjang
siklus paling maksimum = 120 detik karena Co hitung < Co teoritis maka Co terpakai = 120 detik.
- Waktu siklus praktis,
merupakan waktu siklus berdasar kapasitas praktis ini dihitung berdasar 90%
dari maksimum arus yang dapat terjadi untuk memberikan tundaan yang dapat diterima.
- Cprakt =(,ଽ ௫ ) detik
(,ଽି)
= (,ଽ
௫ ଼)
(,ଽି,଼ସ)
= 75 detik
4.
Tundaan
Tundaaan rata – rata pada
suatu persimpangan yang diatur dengan sinyal waktu tetap dapat dihitng dengan :
d = (ଵିఒ)మ + ௫ଶ
− ,ହ ()భ/యೣ (మశఱഊ)
ଶ(ଵିఒ௫) ଶ(ଵି௫)
atau dapat disederhanakan :
d = 0,9( (ଵିఒ)మ + ௫ଶ )
ଶ(ଵିఒ
௫) ଶ(ଵି௫)
= 0,9( ଵସ,ଷହସ(ଵି,ଵସ)మ + ,ଽଷ²
) = 36,132
ଶ(ଵି,ଵସ ௫ ,ଽଷ
) ଶ ௫
,ଶ(ଵି,ଽଷ)
Dimana : d =
tundaan rata – rata per kendaraan c = waktu siklus (detik)
λ = proporsi waktu hijau efektif
q = arus Jenuh
x = derajat
kejenuhan, merupakan perbandingan arus dengan arus maksimum yang dapat lepas
dari garis stop.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan analisa dengan menggunakan metode MKJI 1997
mengenai sistem Traffic Light pada
persimpangan Jl. Marendal – Jl. Bajak (Arah Sp. Limun) – Jl. A.H Nasution (Arah
Jl. Johor) – Jl. A.H Nasution (Arah SM. Raja) Medan dapat disimpulkan seperti
dibawah ini :
1.
Volume lalu lintas maksimum yang terjadi di persimpangan Bajak adalah
hari senin pukul 17.00 – 18.00 Wib
2.
Didapat total kendaraan dalam satuan smp/ jam sebagai berikut :
-
Utara (Jl. Marendal) :
573 smp/jam
-
Selatan (Jl. Bajak/Arah Sp.
Limun) :
886 smp/ jam
-
Timur Jl. A.H Nasution (Arah Jl. Johor) :
2060 smp/ jam
-
Barat Jl. A.H Nasution (Arah Jl. SM.Raja) : 1488 smp/ jam
3.
Dari hasil perhitungan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
(MKJI 1997) diperoleh data sebagai berikut :
-
Utara (Jl. Marendal)
Sinyal merah :
68 detik, sinyal kuning : 3 detik, sinyal hijau = 27 detik, waktu siklus = 98
detik dan panjang antrian = 140 meter.
-
Selatan (Jl. Bajak/Arah Sp. Limun)
Sinyal merah :
68 detik, sinyal kuning : 3 detik, sinyal hijau = 27 detik, waktu siklus = 98
detik dan panjang antrian = 160 meter.
-
Timur Jl. A.H Nasution (Arah Jl. Johor)
Sinyal merah :
68 detik, sinyal kuning : 3 detik, sinyal hijau = 27 detik, waktu siklus = 98
detik dan panjang antrian = 160 meter.
-
Barat Jl. A.H Nasution (Arah Jl. SM.Raja)
Sinyal merah :
68 detik, sinyal kuning : 3 detik, sinyal hijau = 27 detik, waktu siklus = 98
detik dan panjang antrian = 146 meter.
4.
Menurut Webster hasil waktu
siklus :
-
Waktu siklus minimum (cm) CmU =
L/ (1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,164) = 14,354
CmS = L/
(1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,205) = 15,094
CmT =
L/ (1 – y) detik
= 12/ (1 - 0,220) = 15,384
-
Waktu siklus optimum (Co), yaitu waktu siklus yang memberikan tundaan
bagi kendaraan yang menggunakan simpang
Co = (ଵ,ହାହ) detik
(ଵି)
= (ଵ,ହ ௫ ଼ ା ହ) = 86,734 detik
(ଵି,଼ସ)
Menurut Webster : bahwa panjang
siklus paling maksimum = 120 detik karena Co hitung < Co teoritis maka Co
terpakai = 120 detik.
-
Waktu siklus praktis, merupakan waktu siklus berdasar kapasitas praktis
ini dihitung berdasar 90% dari maksimum arus yang dapat terjadi untuk
memberikan tundaan yang dapat diterima.
Cprakt
= (,ଽ ௫ ) detik
(,ଽି)
= (,ଽ ௫ ଼)
(,ଽି,଼ସ)
= 75 detik
4.2. Saran
Pengamatan dilakukan pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Perlu dilakukan perubahan waktu siklus dan waktu sinyal pada lampu lalu
lintas yang terdapat pada Jl. Marendal – Jl. Bajak (Arah Sp. Limun) – Jl. A.H
Nasution (Arah Jl. Johor) – Jl. A.H Nasution (Arah SM. Raja);
2.
Perlu ditertibkan lingkungan sekitar jalan seperti mobil penumpang yang
menaikkan atau menurunkan penumpang secara sembarang, para becak dayung dan
para pejalan kaki yang menyeberang jalan;
3.
Untuk menambah tingkat pelayanan pada persimpangan tersebut maka perlu
dipasang rambu – rambu yang berfungsi sebagai tambahan alat pengatur selain
lampu lalu lintas, misalnya rambu dilarang berhenti disepanjang lengan persimpangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar